Miokarditis, Peradangan Jantung yang Diam-Diam Mengintai Kaum Muda

3 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Opini prima trisna aji tentang Miokarditis
Iklan

Kondisi ini membuat lapisan otot jantung meradang sehingga fungsi pompa jantung terganggu, detaknya menjadi tidak teratur

Kisah yang Tak Diduga

Rian baru berusia 27 tahun. Ia aktif bermain futsal setiap akhir pekan dan jarang sakit. Seusai latihan rutin, ia mengeluh dada terasa nyeri dan napasnya terengah. Ia menganggapnya hanya kelelahan otot. Namun keesokan paginya ia pingsan di rumah dan harus dilarikan ke IGD. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Rian mengalami miokarditis, peradangan pada otot jantung yang sering luput dikenali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kisah seperti Rian bukan hal yang langka. Di banyak rumah sakit, kasus miokarditis justru meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit ini datang tanpa permisi, sering kali mengenai orang yang merasa bugar, lalu menimbulkan keluhan serius yang membahayakan nyawa.

Mengenal Miokarditis

Miokarditis berasal dari kata myo yang berarti otot dan carditis yang berarti radang jantung. Kondisi ini membuat lapisan otot jantung meradang sehingga fungsi pompa jantung terganggu, detaknya menjadi tidak teratur, dan dalam keadaan berat bisa memicu gagal jantung bahkan henti jantung mendadak.

Penyebabnya beragam: infeksi virus seperti influenza, Coxsackie, hingga SARS-CoV-2 merupakan pemicu tersering. Namun bakteri, jamur, hingga komplikasi penyakit lain seperti demam berdarah juga dapat menimbulkan peradangan ini. Di Indonesia, miokarditis dengue patut diwaspadai karena kerap ditemukan pada pasien demam berdarah dengan kondisi berat. Selain itu, reaksi autoimun, efek samping obat tertentu, atau aktivitas olahraga berat saat tubuh belum pulih dari sakit juga bisa memicu terjadinya peradangan jantung.

Bukan Sekadar Penyakit Orang Tua

Bayangan bahwa penyakit jantung hanya menyerang orang lanjut usia perlu diluruskan. Miokarditis justru sering muncul pada kelompok usia muda hingga paruh baya, terutama mereka yang berusia 15 - 40 tahun dan tidak memiliki riwayat gangguan jantung sebelumnya.

Peradangan bisa terjadi saat sistem imun bereaksi berlebihan melawan infeksi. Aktivitas fisik yang terlalu berat di masa pemulihan flu atau demam juga dapat memperparah peradangan otot jantung. Karena itu, seseorang dapat merasa sehat dan beraktivitas normal hingga tiba-tiba jatuh sakit berat akibat miokarditis.

Tanda - Tanda yang Sering Salah Tafsir

Gejala miokarditis kerap menyaru sebagai keluhan ringan sehari-hari: nyeri dada sering dianggap masuk angin, sesak napas disangka karena kelelahan, detak jantung berdebar dianggap akibat cemas, dan kelelahan berat dikira karena aktivitas padat. Ada pula yang mengalami bengkak di kaki, pusing, bahkan pingsan mendadak.

Karena mirip penyakit biasa, banyak pasien datang terlambat ke fasilitas kesehatan. Padahal, mengenali gejala sejak awal sangat penting agar kerusakan jantung tidak menjadi permanen.

Fakta dan Angka yang Perlu Diketahui

WHO mencatat penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Meski miokarditis tidak sebesar serangan jantung dalam jumlah kasus, perannya dalam memicu gagal jantung dan kematian mendadak cukup besar.

Penelitian internasional memperkirakan sekitar 10 - 20 kasus miokarditis akibat infeksi virus terjadi pada setiap 100.000 penduduk per tahun. Di Asia Tenggara, komplikasi jantung pada pasien demam berdarah berat dilaporkan bisa mencapai 11 - 15 persen.

Sejak pandemi COVID-19, kewaspadaan masyarakat terhadap miokarditis meningkat. Ada laporan kasus ringan setelah vaksinasi COVID-19, tetapi sebagian besar membaik dengan istirahat dan pemantauan dokter tanpa sisa gangguan jantung.

Mengapa Penting untuk Disadari

Pemahaman publik mengenai miokarditis menjadi krusial karena penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan sering kali tidak terdiagnosis hingga terlambat. Jika tidak ditangani, peradangan berat bisa meninggalkan kerusakan permanen pada otot jantung dan menurunkan kualitas hidup pasien.

Selain itu, beban penyakit jantung di Indonesia masih tinggi. Data Kementerian Kesehatan 2023 menunjukkan penyakit jantung menduduki posisi teratas penyebab kematian. Dengan mengenali gejala dan memeriksakan diri sejak dini, masyarakat dapat membantu menekan angka kesakitan dan kematian akibat miokarditis.

Upaya Pencegahan dan Peran Kita

Langkah yang dapat dilakukan antara lain tidak mengabaikan gejala nyeri dada, sesak napas, atau rasa lelah berlebihan setelah sakit. Bila keluhan tersebut muncul, segeralah berkonsultasi ke tenaga medis untuk mendapatkan pemeriksaan yang tepat.

Istirahat yang cukup ketika sakit juga penting untuk mencegah beban jantung bertambah. Mereka yang baru pulih dari demam berdarah, pneumonia, atau COVID-19 disarankan memeriksakan diri bila mengalami keluhan jantung setelah sembuh.

Literasi kesehatan di tingkat keluarga dan komunitas perlu ditingkatkan agar orang dapat mengenali sinyal bahaya sejak awal. Media massa dan tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam menyebarluaskan informasi yang benar agar masyarakat tidak terlambat mengambil tindakan.

Saatnya Tidak Abai terhadap Jantung

Miokarditis mungkin jarang terdengar dibanding serangan jantung atau stroke, tetapi dampaknya tidak kalah serius bila diabaikan. Pesan bagi kita semua: jangan menyepelekan keluhan dada nyeri atau napas terasa berat meskipun masih muda dan tampak sehat.

Dengan deteksi dini dan perawatan tepat, banyak kasus miokarditis dapat disembuhkan tanpa meninggalkan kerusakan jantung permanen. Kesadaran kolektif akan bahaya ini adalah kunci untuk mencegah kehilangan yang tidak perlu di masa depan.

 

Penulis : Prima Trisna Aji

Dosen prodi Spesialis Medikal Bedah

Universitas Muhammadiyah Semarang

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ruang Dakwah Medis Indonesia

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler